Minggu, 14 Desember 2008

Surat Cinta Seorang Ikhwan

Untuk Saudariku

Di Bumi Perjuangan

Assalamu’alaikum wr wb…

Kepadamu kuhaturkan salam sejahtera, salam yang tulus, setulus kasih ibu kepada anaknya, salam dari ribuan bidadari surga untuk hamba Allah yang mulia, salam yang seharum kesturi, sesejuk embun, dan sehangat mentari di pagi hari.

Terasa barat bagiku untuk menuliskan kata demi kata pada surat ini, terkadang keraguan menderaku, namun demi suatu hal yang Insyaallah baik dan tidak tercela, maka perlahan kutuliskan surat ini.

Saudariku seiman dan seperjuangan.

Ada sebuah kejujuran yang harus kukatakan padamu, karena hal ini telah mendera hatiku dalam beberapa waktu yang cukup lama dan kuakui, hal ini sungguh menggangguku dalam menjalankan perintah Allah untuk beribadah kepada-Nya. Dan hal ini berkaitan denganmu.

Sejak dari pertama aku bergabung di jalan dakwah tercinta ini aku telah memperhatikanmu. Kiprah organisasimu, Ibadahmu, dan keramahanmu telah mengukir kekaguman dalam hatiku. Dari awalnya hanya kekaguman saja yang timbul dihatiku, namun lama kelamaan rasa kagum itu berubah menjadi sebuah perasaan yang tidak dibenarkan bagi seorang ikhwah untuk memendamnya, yaitu cinta. Aku pun beristighfar kepada Allah, dan berusaha untuk melupakan tentang perasaan itu, hingga suatu hari terjadi sesuatu yang justru telah membuatku menjadi semakin dekat denganmu.

Masih ingatkah engkau saat kita saling mengenal untuk yang pertama kalinya? Pada suatu hari yang cukup panas datang sebuah pesan darimu yang meminta tolong agar aku membantumu mengajar bimbel kepada anak PBUD bahasa Inggris yang pada hakikatnya adalah adik-adik tingkatmu, namun aku menolaknya karena pada waktu itu aku sangat sibuk bekerja untuk membiayai kehidupanku di kampus ini dan akhirnya kutawarkan kepada akhwat yang satu jurusan denganku untuk membantumu mengajar bimbel kepada mereka. Namun begitu matrikulasi selesai, aku pun kehilanan kontak denganmu.

Namun pada bulan Ramadhan kemarin, aku melakukan sebuah kesalahan lagi, kesalahan yang justru tidak sepatutnya aku lakukan. Berawal dari mengirimkan pesan Taujih kepadamu dan ikhwah lainnya, namun hanya dirimu yang membalas semuanya dengan hal yang sangat berbeda, yang telah membangkitkan rasa cinta yang telah kupendam jauh di dalam hatiku dan sulit untuk terlupakan.

Aku sadar, seharusnya sebagai seorang yang paham dan mengerti tentang keislaman, seharusnya aku menghentikan hal ini, namun entah kenapa aku justru menikmati semua perhatian yang telah engkau berikan padaku. Sampai akhirnya engkau juga yang telah mencoba menghentikan semuanya, namun tetap terulang dan terulang kembali.

Kuakui, sejak lama aku ingin untuk meminangmu, untuk menjadi belahan jiwaku. Ayah dan Ummiku telah setuju, akupun telah shalat istikharah dan kurasakan kemantapan hati saat aku memohon kepada Allah, dan menanyakan apakah engkau yang dipilih untuk menjadi pendamping hidupku. Seharusnya sejak lama aku mengutarakan semua ini, namun aku terlalu pengecut untuk mengatakan semua itu, dan akupun takut jika seandainya engkau tidak bersedia menerimaku yang telah kotor hatinya ini. Dan sekarang, saat aku mantapkan hati untuk mengutarakan semuanya, aku didera oleh perasaan takut akan mendzalimimu, karena aku belum memiliki pendapatan yang tetap untuk menafkahi dirimu kelak. Aku takut Allah akan murka kepadaku karena aku telah mendzalimi hamba-Nya. Dan itu membuatku ragu-ragu.

Hingga kini, aku belum bisa memaafkan diriku sendiri, kenapa aku tidak bisa menjaga hatiku dan telah dengan tega juga sempat mengganggu kesucian hatimu, apa bedanya aku dengan mereka yang amah, mereka hanya belum paham mengenai keislaman secara mendalam, wajar jika mereka perbuat hal tersebut, sedangkan aku? Sudah diberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai keislaman tapi masih juga begini.

Wahai saudariku yang lembut hatinya.

Maafkan aku, atas semua kesalahan yang telah kuperbuat padamu. Maafkan aku yang lemah ini. Dan aku akan menguatkan hatiku, semoga aku tidak mengulangi kesalahan yang sama di lain waktu. Mungkin aku memang tidak pantas berada bersama-sama dengan Ikhwah yang lainnya untuk berjuang di jalan dakwah ini, karena aku belum bisa menjaga hatiku. Aku akan menjaga agar persaudaraan kita tidak terkotori oleh hal-hal yang tidak seharusnya kita lakukan. Dan sampai saat ini aku masih menganggapmu sebagai saudara seperjuangan dalam menegakkan kalimat Allah.

Ada beberapa hal yang aku pinta darimu, jagalah rahasia ini. Rahasiakanlah siapa diriku yang sebenarnya, Cukup hanya Allah SWT saja yang tahu.

Semoga Dia senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum wr wb…

Saudaramu

A r